November 22, 2024

Pada tanggal 2 Februari 2017, layanan transportasi on demand Grab mengumumkan komitmen mereka untuk berinvestasi sebesar US$700 juta (sekitar Rp9,3 triliun) di tanah air, dalam jangka waktu empat tahun. Jumlah ini hampir setara besarnya dengan pendanaan yang mereka terima dari Softbank pada bulan September 2016 yang lalu.

Grab sendiri kembali menekankan kalau Indonesia merupakan pasar terbesar mereka. Sepanjang tahun 2016 kemarin, Grab menyatakan kalau ada peningkatan jumlah pesanan untuk layanan GrabCar dan GrabBike di tanah air sebesar enam ratus persen. Mereka pun mengklaim telah memberikan pendapatan senilai lebih dari US$260 juta (sekitar Rp3,5 triliun) kepada para mitra pengemudi di tahun 2016.

Berikut ini adalah hal-hal yang akan dilakukan Grab dengan dana investasi khusus untuk Indonesia tersebut.

Membangun pusat pengembangan teknologi di Jakarta

Grab for Indonesia

Kiri ke Kanan: John Riady (Director Lippo Group), Karlo Manik (Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek), Rudiantara (Menteri Komunikasi dan Informatika), Anthony Tan (Group CEO & Co-Founder Grab), Thomas Lembong (Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal), Rosan Roeslani (Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia), dan Ridzki Kramadibrata (Managing Director Grab Indonesia)

Hal pertama yang akan dilakukan oleh Grab dengan dana tersebut adalah membangun pusat pengembangan teknologi (R&D Center) di kota Jakarta. Untuk itu, mereka pun berencana merekrut sekitar 150 developer dalam waktu dua tahun ke depan.

Proses perekrutan tersebut akan mereka lakukan dengan menggandeng beberapa perguruan tinggi di tanah air. Pusat pengembangan teknologi yang akan mulai dibangun di tahun 2017 tersebut akan menjadi yang keempat di dunia. Sebelumnya, Grab telah membuat pusat pengembangan serupa di Singapura, Beijing, dan Seattle.

read also
Selain untuk meningkatkan kualitas developer Indonesia, kehadiran pusat pengembangan ini diharapkan juga bisa membantu Grab dalam menghadirkan teknologi dan layanan yang sesuai dengan kondisi di tanah air. Sebagai contoh, pada tahun 2016 yang lalu Grab telah menghadirkan layanan nebeng bernama GrabHitch, serta membuat sebuah algoritma untuk mengatasi aturan ganjil genap yang hanya ada di kota Jakarta.

Langkah serupa baru-baru ini pun dilakukan oleh produsen smartphone Apple, yang menginvestasikan sekitar Rp600 miliar untuk membangun pusat pengembangan teknologi di tanah air, demi memenuhi aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).

Dana Rp1,3 triliun untuk berinvestasi pada startup tanah air

Grab Anthony Tan | Foto

Selain membuat sebuah pusat pengembangan, Grab pun berusaha membantu pengembangan talenta di tanah air dengan cara memberikan investasi kepada para startup. Mereka menyatakan akan memberikan dana sebesar US$100 juta (sekitar Rp1,3 triliun) untuk para startup tanah air.

Tentu tidak semua jenis startup bisa mendapat pendanaan dari Grab. Perusahaan yang dipimpin oleh Anthony Tan tersebut menyatakan kalau mereka akan fokus ke perusahaan teknologi yang bisa menghadirkan solusi untuk masalah inklusi keuangan, serta bisa membantu masyarakat di luar kota besar.

Kembangkan layanan pembayaran dan pemberian pinjaman secara online

GrabPay | Ilustrasi

Hal terakhir yang akan dilakukan Grab dengan dana investasi lebih dari Rp9 triliun tersebut adalah mengembangkan lebih lanjut layanan finansial mereka. Layanan yang dimaksud adalah fitur pembayaran non tunai lewat aplikasi Grab, serta fitur pinjaman untuk para mitra pengemudi.

Untuk mengembangkan layanan tersebut, Grab akan bekerja sama dengan mitra mereka di tanah air, yaitu Lippo Group dan Nobu Bank. Sebagai informasi, di tahun 2016 yang lalu Grab telah meluncurkan fitur pembayaran non tunai dengan GrabPay Credits dan Mandiri E-Cash.

Grab juga telah menjalin kerja sama dengan Tokyo Century untuk menghadirkan layanan sewa mobil bagi para mitra pengemudi. Di tahun 2017 ini, mereka juga berniat untuk membuat layanan pinjaman yang bisa dimanfaatkan pengemudi mereka untuk membeli kendaraan bermotor atau barang lain.

Sumber: Tech in Asia

About Author