Praktik penggunaan ikon atau avatar sebagai stimulus pemakaian aplikasi memang bukanlah sesuatu yang baru. Menurut sebuah riset berjudul Do Badges Increase User Activity? A Field Experiment on the Effects of Gamification, praktik yang identik dengan istilah gamification tersebut terbukti sangat bermanfaat untuk meningkatkan interaksi penggunaan aplikasi ataupun game tertentu.
Praktek gamification tersebut belum lama ini diterapkan Qlue lewat keberadaan fitur bernama SuperQlue. Fitur yang diterapkan sebagai pencapaian prestise ini menjadi semacam kampanye bagi pengguna Qlue agar terdorong lebih aktif lagi melaporkan beragam masalah di lingkungan sekitarnya.
Fitur paling mendasar SuperQlue ini adalah pemberian akses moderasi bagi pengguna atas berbagai laporan yang ditemukan di sekitar mereka. Rama Raditya selaku CEO Qlue Indonesia menjelaskan bahwa fitur ini dibuat untuk mendorong tindak lanjut laporan warga oleh dan dari pengguna Qlue lainnya.
“Secara teknis, hal yang membedakan SuperQlue dengan user biasa adalah tool yang selama ini digunakan petugas pemerintah untuk mengubah status laporan sesuai tindakan yang telah mereka kerjakan. Jika sudah selesai SuperQlue harus mengunggah hasil tindak lanjutnya, apakah masih proses (warna kuning) atau sudah selesai (warna hijau).” tulis Rama dalam siaran pers.
Untuk bisa mendapatkan fitur SuperQlue, minimal pengguna Qlue perlu aktif melapor hingga mendapatkan status level Elder, Counci, Town Leader, hingga level Ambassador.
Ke depannya, Qlue akan menjalin kerja sama dengan komunitas yang aktif dalam berbagai aksi demi kebaikan kota. Dengan memberikan kemampuan lebih dalam menindaklanjuti laporan, pengguna SuperQlue diharapkan dapat memberi dampak positif atas peran mereka di tengah masyarakat.
Perkembangan Qlue dalam dua tahun terakhir
Sejak diluncurkan bulan Desember 2014 lalu, Qlue telah menjadi platform pengaduan yang cukup efektif, hingga sukses diadopsi belasan kota di Indonesia. Pencapaian yang cukup besar ini bukanlah sesuatu yang dapat diraih dengan mudah. Kepada Tech in Asia, Rama mengakui bahwa di awal masa pengembangannya, Qlue mengalami kendala meyakinkan pemerintah bahwa aplikasi pelaporan buatan mereka sangatlah diperlukan di era serba digital.
Meskipun keberadaannya mulai diterima instansi pemerintahan, namun perubahan kebijakan seperti dicabutnya kewajiban melapor lewat Qlue pada Januari 2017 lalu sempat menurunkan traksi laporannya di awal tahun.
Aturan tersebut lantas tidak menyurutkan penggunaan Qlue sebagai wadah bagi warga Jakarta untuk melapor kejadian di sekitar mereka. Terbukti pada peristiwa banjir Jakarta yang terjadi di bulan Februari kemarin, laporan penggunaan Qlue sendiri mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni sebesar tiga kali lipat dalam rentang 24 jam.
Pada bulan Mei 2016, Qlue mendapatkan pendanaan seri A dari Prasetia Dwidharma. Dengan pendanaan tersebut serta total jumlah pengguna mencapai lebih dari 500.000 orang, saat ini Qlue mencoba berekspansi ke tiga negara sekaligus meliputi Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Sumber: Tech in Asia