Facebook mengumumkan kalau pendapatan mereka sepanjang kuartal kedua tahun 2017 kembali mencapai angka tertinggi, yaitu US$9,32 miliar (sekitar Rp124 triliun). Hampir seluruh pendapatan tersebut berasal dari bisnis iklan, dengan 87 persen di antaranya merupakan iklan di perangkat mobile. Dari wilayah Asia Pasifik sendiri, mereka berhasil meraup pendapatan sekitar US$1,57 miliar, alias Rp21 triliun.
Jumlah pengguna yang banyak jelas merupakan alasan mengapa banyak pihak tertarik memasang iklan di Facebook. Saat ini, media sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg tersebut telah mempunyai 2 miliar pengguna di seluruh dunia, 756 juta di antaranya berasal dari Asia Pasifik. Pada awal tahun 2017, We Are Social menyatakan kalau Facebook telah mempunyai 106 juta pengguna di tanah air.
Dari jumlah pengguna aktif tersebut, sekitar 66 persen atau 1,3 miliar di antaranya selalu membuka Facebook setiap hari. Di Asia Pasifik, jumlah pengguna aktif harian (DAU) Facebook bahkan mencapai angka 453 juta orang.
Sukses “menyontek” aplikasi lain
Jumlah pengguna yang sedemikian banyak tak hanya dialami oleh Facebook, namun juga oleh aplikasi-aplikasi lain yang mereka miliki, yaitu Instagram, Messenger, dan WhatsApp. Instagram kini memiliki 700 juta pengguna aktif, 45 juta di antaranya berasal dari Indonesia. Sedangkan aplikasi chat WhatsApp dan Messenger masing-masing mempunyai 1,3 miliar dan 1,2 miliar pengguna aktif.
Keberhasilan Instagram dan WhatsApp menambah jumlah pengguna seperti berbanding terbalik dengan media sosial lain, yaitu Snapchat. Padahal, demi meningkatkan engagement pengguna di dalam platform mereka, Instagram dan WhatsApp sebenarnya “menyontek” layanan Stories milik Snapchat.
Saat ini, Instagram Stories dan WhatsApp Status (dua fitur yang meniru Snapchat) telah memiliki 250 juta pengguna yang menggunakan layanan tersebut setiap hari. Angka ini melampaui jumlah pengguna aktif harian Snapchat yang hanya 166 juta pengguna.
Terbatasnya penduduk bumi, yang hanya berjumlah 7,5 miliar, membuat Facebook sepertinya tidak bisa terlalu berharap untuk terus menambah jumlah pengguna secara signifikan. Hal itu mungkin baru bisa mereka lakukan ketika berhasil masuk ke pasar Cina (yang mempunyai 1,4 miliar penduduk), atau dengan menghadirkan infrastruktur telekomunikasi di daerah pedalaman yang belum terjangkau layanan internet.
Oleh karena itu, untuk saat ini mereka mungkin hanya bisa bergantung pada jumlah pengguna yang ada, sambil menambah jumlah pendapatan yang bisa mereka raih. Hal ini telah mereka lakukan dengan menghadirkan iklan di aplikasi chat Messenger.
Atau bisa saja mereka menghadirkan produk lain yang bisa memberikan pendapatan selain iklan, AI mungkin? Menarik untuk ditunggu bagaimana langkah berikutnya dari Mark Zuckerberg untuk terus mengembangkan Facebook.
Sumber: Tech in Asia