Pengujian fitur Save for Later pertama kali dibeberkan oleh Product Head Twitter, Keith Coleman melalui cuitan yang lumayan panjang.

Kemudian dilanjutkan oleh Product Manager, Jesar Shah yang mengatakan bahwa fitur bookmark banyak diminta oleh pengguna terutama di Jepang yang merupakan pasar terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

Sebenarnya tanpa fitur Save for Later, pengguna punya banyak cara untuk menyimpan suatu cuitan. Misalnya dengan menekan tombol hati atau retweet. Tetapi, kedua metode tersebut tak bisa berfungsi lebih baik dibandingkan tombol khusus yang memang dirancang untuk itu. Tombol hati memang bisa jadi opsi terbaik, tapi dikhawatirkan justru akan membiaskan makna dan fungsi sebenarnya. Bahwa tombol hati hanya untuk menyatakan ungkapan yang bersifat positif tentang sesuatu dalam cuitan.


Saat ini fitur Save for Later masih dalam tahap penyempurnaan, di mana pengembang di belakang Twitter masih menunggu umpan balik dari pengguna dan melakukan polesan di sana-sini sebelum digulirkan secara global.

Twitter saat ini sedang dalam situasi yang kurang menguntungkan. Kehadiran dua fitur ini ke layanannya belum tentu akan banyak membantu membawa mereka kembali ke jalur yang benar. Karena di sisi lain, Facebook melalui portofolio-nya terus menggempur dengan berbagai inovasi. Tak hanya harus waspada dengan ancaman rival, Twitter juga harus menjaga kepercayaan investor. Di lantai bursa, saham Twitter terus mengalami penurunan meski sempat membaik di periode Juli 2017. Pada perdagangan Senin kemarin, saham Twitter ditutup turun 1.01% di $17.67. Dalam satu tahun terakhir, penurunan ini tercatat sudah menyentuh angka 11%.

Sumber: DailySocial