Bukalapak akan mendirikan pusat riset dan pengembangan (R&D) di Bandung untuk mengembangkan teknologi terkini yang dapat diimplementasikan dalam platform Bukalapak pada masa mendatang. Sumber dana dari pendirian pusat riset ini berasal dari kucuran investasi terbaru Bukalapak yang membawa perusahaan menyandang status unicorn.
Co-Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky menuturkan pihaknya masih mencari-cari lokasi yang tepat untuk gedung barunya tersebut dengan luas antara 4 ribu sampai 5 ribu meter persegi. Nantinya gedung tersebut dapat menampung hingga 200 developer lokal yang bertugas mengembangkan berbagai teknologi baru yang dapat diimplementasikan ke platform Bukalapak.
Terkait investor, meski mengklaim sudah menyandang gelar unicorn sayangnya Zaky masih menutup rapat-rapat soal itu. Dia beralasan investornya tersebut belum bersedia untuk terbuka ke publik.
“Kita belum resmi memberikan pernyataan soal funding tersebut, jadi no comment. Tapi kita sudah unicorn, hanya saja dari investor kami belum bisa terbuka. Unicorn bukan sesuatu yang penting hanya sekadar milestone, mimpi perusahaan jauh lebih itu, makanya kita masih tetap berlari,” terang Zaky, Rabu (10/1).
Pendirian R&D dipilih lokasi Bandung lantaran tempat tersebut terkenal dengan julukan kota pelajar engineering. Terlihat dari banyak kampus seperti ITB, Institut Teknologi Nasional (ITENAS), Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB), Universitas Padjadjaran (Unpad), IT Telkom, Politeknik Negeri Bandung (Polban), dan masih banyak lagi. Di samping itu, pertimbangan lainnya karena Zaky sendiri berasal dari ITB.
Nantinya, pengembangan R&D lebih lanjut akan berkolaborasi dengan Pemkot Bandung untuk implementasi Smart City dan berencana akan memusatkan sekitar 30%-50% kegiatan engineering Bukalapak ada di Bandung. Sejauh ini Bukalapak memang telah membuka kantor barunya di Bandung, hanya saja baru dihuni oleh 20 engineer lokal.
“Kalau bisa tidak buka kantor di India, karena kami yakin potensi di lokal itu masih sangat luas. Di gedung R&D ini kami akan mengembangkan teknologi terbaru seperti AI, Machine Learning, Blockchain, hingga drone delivery, agar bisa diterapkan di platform.”
Kinerja Bukalapak
Sepanjang tahun lalu, Bukalapak mencatatkan kenaikan transaksi antara tiga hingga empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya dengan 35 juta pengguna (monthly active user/MAU). Dari angka ini bisa diartikan sekitar 30% netizen Indonesia yang sudah online pernah membuka situs Bukalapak dalam sebulan.
Dalam seharinya, jumlah transaksi yang diproses dalam Bukalapak mencapai 320 ribu transaksi dan menghimpun lebih dari 2,2 juta pelapak, dari total sebelumnya 1,3 juta pelapak di 2016.
“Kami sudah masuk satu windu pertama, di windu berikutnya kami bermimpi ingin jadi aset untuk bangsa dan negara, dengan menjadi pemberi kerja, sekaligus pembayar pajak terbesar di Indonesia. Selain itu, kami ingin mengembangkan hal-hal baru di luar marketplace, bawa balik talenta lokal yang bekerja di luar negeri untuk kembali ke Indonesia dan bangun teknologi tercanggih,” pungkas Zaky.
Sumber: Daily Social