November 24, 2024

Gempuran smartphone merek luar seperti Samsung, LG, Sony, dan lainnya di Indonesia tidak menyurutkan niat PT. Fira Makmur Indonesia untuk mengembangkan sebuah ROM buatan lokal. Menurut Dian Kurniadi, selaku komiasaris dan Co-Founder dari PT. Fira Makmur Indonesia, Fira OS adalah jawaban Indonesia terhadap ROM dari luar negeri

Fira OS merupakan sebuah ROM Android yang dikembangkan di atas Android versi 5.1 atau yang dikenal dengan sebutan Lollipop. Spesifikasi hardware minimum yang diperlukan Fira OS adalah prosesor dengan kecepatan 1,2 GHz dan RAM 1GB. Sayangnya saat ini Fira OS belum bisa dinikmati secara publik.

“Saat ini Fira OS belum bisa digunakan secara umum, karena kami ingin setiap pengguna Fira OS nantinya mendapatkan pengalaman yang baik,” jelas Roberto Setiabudi Hartono, selaku CEO PT. Fira Makmur Indonesia.

Ya, alasan utama mengapa Fira OS belum bisa dinikmati oleh publik adalah karena ROM ini baru dikembangkan untuk smartphone Polytron, mitra pertama Fira OS.

1

Akhir Januari lalu, produsen smartphone lokal Polytron meluncurkan lima varian smartphone Zap 6 sekaligus, yaitu Posh Note, Posh, Note, Cleo, dan Power. Kelima varian tersebut diluncurkan dengan ROM Fira OS. Jadi bisa dibayangkan sudah ada berapa banyak smartphone yang telah menggunakan Fira OS.

Mulai dari akses pulsa, sistem pembayaran, sampai siaran TV3

Proyek kode sumber Android (AOSP) memberi keleluasaan bagi developer untuk mengembangkan berbagai fitur di dalam ROM yang mereka buat. Lalu fitur apa saja yang terdapat di dalam Fira OS?

4

Fitur pertama yang ditonjolkan dari Fira OS adalah kemampuan untuk mengetahui sisa saldo pulsa dengan mudah. Pengguna tinggal mengakses menu notifikasi dengan menggeser layar dari atas ke bawah. Di bagian pojok kiri atas menu notifikasi tersebut akan langsung tertera sisa saldo pulsa kamu. Dian mengklaim bahwa fitur ini telah mendukung semua operator seluler di Indonesia.

Fitur kedua adalah aplikasi Fira Store. Ini bukan toko aplikasi, melainkan sebuah aplikasi yang dapat memudahkan pengguna Fira OS untuk membeli berbagai jenis pulsa. Pulsa telepon, pulsa listrik, sampai voucer game online pun bisa dibeli langsung melalui Fira Store.

Ketiga adalah Fira Pay. Ini merupakan jawaban dari Fira OS untuk menantang sistem pembayaran mobile lain seperti Samsung Pay, Apple Pay, dan bahkan Android Pay. Secara singkat, cara kerja Fira Pay serupa dengan layanan pembayaran lain. Pengguna perlu memasukkan informasi kartu kredit mereka terlebih dahulu. Setelah itu, fitur ini baru bisa digunakan untuk melakukan transaksi online maupun offline langsung dari smartphone mereka.

Tiga fitur tersebut menjadi hal utama yang ditonjolkan oleh Fira OS saat ini. “Hal yang menarik dari Fira OS dibandingkan ROM yang lain adalah kami telah mengembangkan fitur-fitur yang sesuai dengan kebutuhan orang Indonesia,” ungkap Dian menjelaskan kelebihan dari Fira OS.

Fitur lain yang akan muncul dalam waktu dekat adalah aplikasi Soccer TV. Fira OS telah bekerja sama dengan salah satu saluran TV untuk memberikan tayangan bola eksklusif yang hanya bisa dinikmati di Fira OS.

Saya sudah sempat mencoba langsung Fira OS. Dari segi antarmuka, Fira OS bisa dibilang telah berhasil mengembangkan ciri khas mereka sendiri. Fitur-fitur dasar seperti dukungan terhadap jaringan 4G LTE, NFC, hotspot, dan lainnya juga sudah tersedia di dalam Fira OS.

Fitur yang diberikan Fira OS memang tidak terlalu banyak untuk untuk saat ini. Hal itu karena pada fase pertama, fokus pengembangan dari Fira OS adalah antarmuka dari ROM tersebut. Fase berikutnya adalah mengembangkan lebih banyak aplikasi yang telah didesain khusus untuk pengguna Indonesia dan dukungan terhadap smartphone lain.

Didirikan oleh entrepreneur teknologi

5

Dian menceritakan bahwa Fira OS mulai didiskusikan sejak November 2014. Lalu mulai masuk ke tahap pengembangan pada Maret 2015, hingga akhirnya resmi disematkan pada smartphone Polytron awal tahun 2016.

Saat ini tim pengembang Fira OS terdiri dari dua bagian utama. Tim pertama adalah 15 orang developer yang bertugas mengembangkan sistem Fira OS, sedangkan tim kedua adalah 10 orang desainer yang bertugas mengembangkan antar muka dari Fira OS.

Menyinggung sedikit tentang sosok Dian dan Roberto sebagai pendiri PT. Fira Makmur Indonesia. Sebelum mendirikan Fira OS, Dian bisa dibilang merupakan seorang serial entrepreneur teknologi dari tahun 1996. Ia sempat bekerja sebagai COO di Nexian, salah satu produsen ponsel lokal. Kemudian ia menjadi Co-Founder dari M-Saku, sistem pembayaran online untuk perangkat mobile.

Di lain sisi, Roberto merupakan seorang entrepreneur yang dididik dan dibesarkan di keluarga entrepreneur. Singkat cerita, saat ia bergabung dengan Polytron sebagai Business Development di bagian divisi mobile.

“Saya bertemu dengan Dian dan Izak. Akhirnya kami memutuskan untuk membuat sesuatu yang belum pernah dikembangkan oleh produsen smartphone lokal,” ungkap Roberto.

About Author