November 23, 2024

Setelah sukses mendirikan situs berita Detik pada tahun 1998, tentu membuat Budiono Darsono, Abdul Rahman, dan Calvin Lukmantara sebagai para founder mempunyai pandangan spesial tentang industri media online tanah air. Menurut mereka, banyak perubahan telah terjadi pada konsumen berita di tanah air yang perlu diantisipasi oleh media.

“Ranah media online di tanah air belum berevolusi sejak dua puluh tahun terakhir,” demikian pernyataan mereka dalam siaran pers yang diterima oleh Tech in Asia Indonesia.

Hal inilah yang mendorong mereka bersama para mantan karyawan Detik, seperti Hugo Diba (CEO), Ine Yordenaya (COO), Heru Tjatur (CTO), Arifin Asydhad (Editor in Chief), dan Yusuf Arifin (Chief of Engagement), untuk mendirikan sebuah startup media yang bernama kumparan. Turut bergabung bersama mereka mantan VP of Business Development dari Ideosource, Andrias Ekoyuono, sebagai CMO.

Memulai pengembangan sejak pertengahan tahun 2016, kumparan akhirnya meluncurkan versi beta dalam bentuk situs, serta aplikasi Android dan iOS, pada bulan Januari 2017. Dengan perpaduan pengalaman dari para founder serta semangat dari para karyawan muda, mereka pun berniat untuk mendobrak bisnis media di tanah air.

Pertanyaannya, hal berbeda apa yang ingin mereka hadirkan di kancah media online Indonesia?

Padukan teknologi situs berita dan media sosial

kumparan app mockup | Screenshot

Menurut kumparan, prinsip yang membedakan mereka dengan media lain adalah mereka tidak menganggap teknologi sebagai pilar pendukung, melainkan sebagai fondasi utama. Inilah yang membuat mereka memutuskan untuk membangun platform yang menggabungkan konsep situs berita dengan media sosial.

Itulah mengapa ketika kamu membuka kumparan, maka kamu akan dihadapkan pada tampilan berbentuk timeline yang menyerupai media sosial seperti Twitter dan Instagram. Kamu pun bisa mengikuti (follow) penulis atau topik tertentu, agar timeline kamu hanya berisi konten yang sesuai dengan minat kamu.

Selain melihat tulisan lebih dari seratus orang jurnalis yang dimiliki kumparan saat ini, kamu pun bisa turut membuat tulisan di platform tersebut. “Kami mempunyai tim yang akan mengelola dan memantau tulisan-tulisan dari pembaca,” tutur Andrias Ekoyuono, CMO kumparan

Menurut Andrias, tidak ada startup dari dalam atau luar negeri yang secara spesifik menjadi referensi pengembangan kumparan. Ia pun menyatakan kalau saat ini mereka telah memanfaatkan berbagai teknologi yang tengah hit, seperti React, Node.js, hingga penerapan machine learning.

Tetap andalkan iklan sebagai pemasukan utama

asa

Perbedaan lain yang dilakukan kumparan adalah penggunan sistem ESOP (Employee Stock Option Plan) yang sering digunakan oleh para startup. Dengan sistem ini, para karyawan mereka akan mempunyai hak untuk mendapat kepemilikan saham.

“Menurut saya, di industri digital, sebuah perusahaan yang tidak memiliki sistem ESOP akan ditinggalkan karyawan-karyawan terbaik mereka cepat atau lambat. Sudah banyak contohnya,” tutur Budiono Darsono.

Sejauh ini, kumparan telah berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal dari investor yang tidak disebutkan. Sedangkan untuk mendapat pemasukan, kumparan akan tetap memanfaatkan penggunaan iklan, yang menurut mereka masih merupakan tulang punggung industri media online tanah air.

Download Kumparan:

en_badge_web_genericindex

Sumber: Tech in Asia

About Author