Go-Jek mengumumkan peresmian layanannya di kota Merauke, setelah sebulan sebelumnya hadir di Sabang. Dengan bertambahnya wilayah baru, Go-Jek kini sudah beroperasi di 70 kota di seluruh Indonesia. Peresmian ini turut dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya dan Menkominfo Rudiantara ditemani jajaran direksi dan komisaris Go-Jek.
Tidak sampai di sini, Go-Jek akan terus menambah layanannya di kota lain. Pihak Go-Jek mengklaim sudah kebanjiran permintaan dari masyarakat untuk hadir di kota di mana mereka berada.
Sebelumnya, Grab sudah lebih dahulu menghadirkan operasionalnya di Aceh dan Papua tahun lalu. Diklaim Grab menjadi pemain ride hailing pertama yang memperoleh pencapaian tersebut.
CEO dan Founder Go-Jek Nadiem Makarim berharap perluasan operasionalnya ini, dapat menjaring lebih banyak UMKM dan pengusaha mikro seperti mitra-mitra pengemudi yang bisa merasakan manfaat teknologi.
“Kami ingin memberikan kesempatan yang sama bagi masyarakat di negara Asia Tenggara lainnya untuk dapat merasakan manfaat Go-Jek dalam mempermudah kehidupan sehari-hari mereka,” ucapnya, Rabu (15/8).
Menurut Nadiem, pihaknya baru mencapai dua ujung timur dan barat Indonesia karena ada banyak hal yang harus disosialisasikan. Tidak hanya ke masyarakat setempat tapi juga ke level pemerintahannya, bagaimana teknologi yang diberikan Go-Jek bisa memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.
Di samping itu, Go-Jek juga melakukan formulasi tersendiri untuk mengkalkulasikan tarif dasar layanan berdasarkan dua hal itu. Yakni daya beli masyarakat di daerah setempat dan penghasilan bersih yang dilihat dari berbagai tolak ukur. Misalnya konsumsi BBM, harga pangan, dan sebagainya.
“Setelah hitung itu baru kita lihat berapa insentifnya, tarif dasarnya, dan akan terus dioptimatisasi agar tetap dinamis, sekaligus menyesuaikan supply dan demand. Sebab setiap daerah itu tidak bisa kita standarisasi, berbeda-beda kondisinya.”
Nadiem pun berupaya akan terus menambah lokasi lainnya di Indonesia, sebab menurut pantauan tim Go-Jek sudah banyak masyarakat yang meminta kehadirannya di mana mereka berada. Kendati mereka itu bukan dari kota besar dengan tingkat kemacetan yang parah.
Kondisi tersebut, menurut Nadiem cukup mengagetkan. Pasalnya, selama ini dia berasumsi Go-Jek itu hanya dibutuhkan kota-kota besar sebagai solusi kemacetan yang terjadi.
“Asumsi kita itu Go-Jek hanya dibutuhkan untuk kota besar yang macet, ternyata kebutuhan transportasi itu adalah masalah buat seluruh orang Indonesia. Banyak orang yang dari kota tier 2 dan 3 yang minta kami hadir di sana.”
Meski tidak bisa memberi jawaban pasti, Nadiem berharap Go-Jek dapat hadir di seluruh pelosok Indonesia secepatnya.
Ekspansi regional
Dalam kesempatan yang sama, Nadiem juga menuturkan progress ekspansi Go-Jek di Asia Tenggara. Dia bilang, Go-Viet mendapat respons positif masyarakat Vietnam setelah soft launch 10 hari lalu. Diklaim Go-Viet telah meraih 15% pangsa pasar di Ho Chi Minh.
“Saya pun ikut mencoba Go-Viet saat soft launch. Ternyata mendapat apresiasi positif dari masyarakat Vietnam. Kehadiran Go-Viet ternyata cukup diminati oleh driver ojek konvensional di sana.”
Lewat ekspansi ini, Nadiem berharap langkah Go-Jek dapat menginspirasi perusahaan lainnya untuk mengikuti hal yang sama. Bahwa sudah saatnya perusahaan lokal untuk bersaing di kancah internasional.
“Kenapa ekspansi itu penting? Inovasi dari Indonesia itu bisa jadi kelas dunia. Penting sekali buat perusahaan lokal untuk bersaing di panggung dunia. Kami harap Go-Jek bisa memotivasi orang Indonesia untuk melompat lebih cepat lewat ekspansi regional,” tutupnya.
Sumber: Daily Social