Diluncurkan pada Oktober 2015 lalu, Porter tidak membidik restoran besar, tetapi justru sebaliknya, mereka yang menjalankan bisnis kaki lima (street food). Richard menuturkan: Mayoritas masyarakat Jakarta menyukai kudapan pinggir jalan karena harga yang bersahabat dan rasa yang otentik. Ongkos kirim yang diberlakukan Porter memang bisa dibilang sangat terjangkau. Untuk setiap pengantaran di kawasan Jakarta, dikenakan biaya Rp5.000 saja.
Dari makan siang sampai jajan tengah malam
Sampai bulan Januari 2016, Richard mengklaim bila setiap harinya Porter menerima 150 order. Pengguna layanan ini juga beragam, mulai dari pekerja kantoran sampai mereka yang hobi begadang.
“Order rata-rata datang saat makan siang dan (pengguna) tidak sempat pergi keluar. Sementara di malam hari, orang-orang ingin makan sesuatu tetapi sudah terlalu lelah untuk keluar,” papar Richard.
Untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut, dalam empat bulan operasional, Porter telah memiliki 20 pekerja dan 30 rider. Richard menambahkan, pihaknya juga menggandeng sejumlah rekanan, mulai dari leveransir (penyedia bahan) makanan, sampai vendor online. Meski begitu, Richard masih melihat masalah logistik sebagai tantangan pengembangan bisnis mereka. Kami ingin para rider tidak hanya sekadar mengantarkan makanan, namun juga menjadi customer service, serta bisa mencari celah di tengah carut marut transportasi Jakarta.
Dari tampilan web-nya, kamu bisa memilih makanan, mengetahui jam penjualannya, lokasi, dan tentunya harga. Hal ini cukup memudahkan, agar kamu tidak memesan makanan di tempat yang belum buka atau libur di hari tertentu. Untuk mengetahui informasi mengenai makanan yang sedang populer atau cocok digunakan pada momen istimewa seperti hari raya, kamu bisa mengunjungi laman blog Porter.
Cepat dan enak
Semua orang tentu mendambakan bisa menyantap makanan yang enak di kesehariannya. Konsep inilah yang selalu dipegang oleh Porter. “Kami saat ini masih mengembangkan algoritma untuk memastikan konsumen mendapat layanan terbaik. Karena makanan enak tanpa layanan pesan antar yang baik tidak akan berjalan maksimal,” jelas Richard. Dengan konsep seperti ini, Porter mengklaim bila pihaknya bukan sekadar layanan pesan antar makanan. “Kami ingin menjadi layanan logistik on-demand terdepan dan mampu menghadirkan layanan dengan biaya seefektif mungkin,” tambahnya. Bagaimanapun, ada beberapa layanan pesan antar makanan di tanah air.
Sebutlah Makandiantar dan Raja-Makan. Selain itu tentu saja ada GO-FOOD yang merupakan layanan besutan GO-JEK. Startup yang masih berjalan dengan dana bootstrap dari keluarga dan teman terdekat ini berencana untuk menggandeng lebih dari 200 restoran di seluruh Jakarta dan menggarap aplikasi Android di bulan ini. “Untuk aplikasi sementara fokus kami masih Android. iOS menyusul dalam waktu dekat,” tandas Richard.
Sumber: Tech in Asia