May 2, 2024

Augmented reality digunakan oleh para pemasar untuk melibatkan langsung pengguna ke dalam cerita brand mereka. Teknologi ini juga telah membuka peluang bagi para pemasar lain untuk mencoba menghadirkan lebih banyak brand story kepada pengguna. Konsep augmented reality sendiri telah lama dikenal luas di tengah masyarakat. Judul-judul seperti Minority Report, The Matrix, dan Terminator adalah beberapa film yang “menerapkan” AR dalam ceritanya. Kini, AR yang dulu hanyalah hisapan jempol dunia fiksi ilmiah, sekarang sudah berubah menjadi kenyataan yang memiliki peranan dalam hidup manusia, salah satunya di dalam dunia marketing.

Pokémon GO adalah salah satu upaya penerapan augmented reality untuk meningkatkan value dari sebuah brand. Sebelum game ini populer, ternyata sudah banyak juga brand yang juga memanfaatkan AR sebagai upaya meningkatkan brand story mereka. Berikut adalah beberapa di antaranya.

1. Lacoste

Ketika kita ingin membeli sesuatu, pasti selalu ada keinginan untuk mencobanya. Apakah cocok dengan kita atau tidak. Tetapi apa jadinya apabila kita ingin mencoba berbagai model sepatu dalam waktu yang hampir bersamaan? Akan sangat merepotkan pastinya, terutama bagi pengelola store. Anak perusahaan dari Lacoste, LCST, berusaha untuk menghadirkan solusi dari permasalahan tersebut. 

Dengan memanfaatkan teknologi AR, LCST memungkinkan konsumen untuk mencoba berbagai lini produk mereka secara virtual dan membagikan pengalaman ini di media sosial. Untuk sekarang fitur AR ini hanya dapat digunakan di store Lacoste tertentu. Ucapkan selamat tinggal pada kerepotan mengganti-ganti sepatu!

2. Disney

Brand yang sangat piawai dalam menghadirkan “keajaiban” ini telah beberapa kali berusaha untuk bereksperimen dengan AR. Salah satu proyek mereka yang memanfaatkan teknologi AR adalah buku mewarnai dengan karakter tiga dimensi yang menari di atas buku gambar. Disney menggunakan warna yang diguratkan pengguna di buku gambarnya sebagai tekstur pada model tiga dimensi yang ada dan menjalankannya sebagai sebuah animasi yang menarik.

Disney juga sempat memanfaatkan AR untuk mempromosikan film Star Wars: The Force Awakens dengan menampilkan Storm Trooper dan BB-8 ke dalam dunia nyata. Selengkapnya dapat kamu lihat pada video berikut:

3. Dulux

Ketika pertama kali merancang sebuah ruangan, yang pertama kita tentukan adalah warna cat dari ruangan tersebut. Akan sangat merepotkan apabila kita harus mengganti-ganti cat ruangan untuk menyesuaikan dengan dekorasi kita. Tetapi kini tidak lagi dengan adanya aplikasi AR dari Dulux yang bernama Dulux Visualizer.

Aplikasi ini akan membantumu untuk memilih warna terbaik untuk ruangan. Cukup arahkan kamera smartphone atau tablet ke arah dinding dan pilih warna yang kamu inginkan. Selain membantumu mencari warna yang cocok untuk ruangan, aplikasi ini juga akan membantumu untuk menemukan penjual cat Dulux, informasi ragam produk cat mereka, dan menghubungi langsung pihak customer service Dulux.

4. Volvo

Sebelum produsen mobil asal Swedia ini meluncurkan seri XC90 ke pasar pada tahun 2015, para pemasar Volvo ingin memamerkan desain serta kemampuan mobil tersebut kepada konsumennya.

Konsumen kemudian diundang untuk mencoba Volvo Reality, sebuah aplikasi yang memungkinkan mereka untuk mencoba langsung pengalaman mengendarai XC90 yang mutakhir sambil mengetahui fitur-fitur utama dari mobil tersebut.

Sayangnya, aplikasi tersebut tidak dapat diunduh karena perbedaan region, yang hanya memperbolehkan pengguna dari Amerika Utara untuk mencobanya.

5. IKEA

Salah satu brand furnitur terbesar dunia, IKEA, juga memanfaatkan AR untuk mempromosikan produk mereka. Pengguna dapat dengan mudah memindai katalog fisik dari IKEA untuk mendapatkan objek tiga dimensi dari produk yang mereka pilih. 

Aplikasi ini akan sangat membantu para pengguna memilih furnitur mana yang mereka inginkan dan cocok untuk ruangan sebelum membelinya dari toko. Selain untuk memilih produk yang ideal untukmu, kamu juga dapat berkreasi dengan aplikasi tersebut, seperti yang dapat kamu lihat pada video di atas.

Sumber: Tech in Asia

About Author