Kemkominfo kembali meluncurkan layanan untuk membantu memerangi penyebaran hoaks atau berita bohong. Layanan baru ini berbentuk chatbot yang bisa diakses melalui platform Telegram. Dalam pengembangannya Kemkominfo menggandeng Prosa.ai sebagai penyedia teknologi.
Chatbot ini dinamai dengan “Chatbot Anti Hoaks” dan bekerja mengecek berita, artikel, atau tautan yang diberikan masyarakat melalui fitur chat. Kemudahan pengaksesan chatbot ini diharapkan menjadi salah satu solusi meredam atau mengurangi berita hoaks yang meresahkan masyarakat.
“Chatbot Anti Hoax milik Kominfo ini dapat dikatakan sebagai Enhanced Search Bot untuk Hoaks, karena cara kerjanya seperti search engine, tetapi lebih spesifik untuk hoaks. Enhanced search engine ini memanfaatkan teknologi NLP (Natural Language Processing) yang dibangun terutama untuk bahasa Indonesia yang digunakan pada saat pre-processing dan post-processingpencarian pada database hoaks agar dapat menemukan artikel referensi yang paling relevan dengan artikel yang dicari oleh pengguna,” jelas CEO Prosa.ai Teguh Eko Budiarto.
Chatbot Anti Hoaks ini bekerja jika pengguna mengirimkan pesan ke akun @chatbotantihoaks di platform Telegram. Selanjutnya chatbot akan menampilkan informasi klarifikasi hoaks yang berasal dari database Mesin AIS Kemkominfo.
Dalam keterangan resminya, Dirjen Aptika Kemkominfo Semuel A Pangerapan menyampaikan bahwa Chatbot Anti Hoaks merupakan salah satu cara yang dilakukan Kemkominfo untuk memerangi hoaks.
“Kita menyediakan satu layanan di Telegram. Masyarakat pengguna jika meragukan satu informasi bisa menanyakan dan platform harus bertanggung jawab,” terang Semuel.
Mesin AIS milik Kemkominfo diklaim bekerja 24/7 non stop untuk membantu mengklarifikasi dan memerangi hoaks, informasi menyesatkan, dan ujaran kebencian dengan didukung oleh 100 anggota tim verifikator.
“Database [haoks] tersebut di-update melalui saluran aduan hoaks yang nantinya akan dilakukan investigasi bersama oleh berbagai pihak terkait. Salah satu bagian dari sistem ini adalah sebuah aplikasi forum diskusi internal yang disebut dengan Hoax Verification Platfom yang akan diisi dengan hasil investigasi oleh jurnalis media dan verifikator, seperti Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia), dengan dimoderasi oleh tim Kominfo. Jadi, yang berwenang untuk menentukan sebuah berita itu adalah hoaks atau tidak dan meng-update-nya ke database adalah tim Kominfo,” imbuh Teguh.
Platform chat dipilih karena termasuk platform yang mudah dan populer di kalangan masyarakat. Dengan teknologi chatbot yang tersedia, diharapkan masyarakat bisa dengan mudah dan cepat mendapatkan klarifikasi. Ke depannya Chatbot Anti Hoaks juga akan tersedia di platform lainnya, seperti Whatsapp dan Line.
“Kami sangat senang akan kerja sama ini yang dapat meningkatkan peran serta semua pihak dalam memerangi hoaks dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menyampaikan kebenaran dan melakukan ricek sebelum menyebarkan informasi. Kami harap ke depannya akan semakin banyak pihak yang mendukung dan bekerja sama langsung untuk meningkatkan kelengkapan dan keakurasian sistem ini agar semakin bermanfaat pada lebih banyak orang lagi,” imbuh Teguh.
Sumber: Daily Social