Kalori yang terkandung pada makanan memang tidak mudah untuk langsung diketahui secara kasat mata. Dengan nama Tuingle, aplikasi ini sudah hadir sejak 2015 di negara asalnya, Australia. Dan baru di 2016, aplikasi Tuingle masuk ke Indonesia dan melakukan lokalisasi ke bahasa Indonesia. Di Indonesia, Tuingle beroperasi di bawah naungan PT Mitra Ravindra Internasional.
Aplikasi Tuingle pertama kali beroperasi untuk platform iOS. Kemudian tidak lama berselang, aplikasinya hadir untuk platform Android. Data dari AppAnnie menyebut bahwa aplikasi ini sudah mendapat lebih dari 10.000 unduhan di platform Android dan iOS.
Akurasi hingga 70 persen
Cara kerja aplikasi Tuingle terbilang sederhana. Pengguna tinggal memfoto makanan dan memilih opsi Scan. Kemudian, akan muncul kandungan nutrisi makanan tersebut, seperti lemak, protein, karbohidrat dan kalori.
Co-Founder Tuingle, Budi Dawis mengatakan bahwa saat ini sudah terdapat lebih dari 300.000 jenis makanan yang dapat dideteksi oleh aplikasi. “Bila belum terdeteksi oleh aplikasi, maka akan dijadikan referensi tim untuk menambah kategori makanan tersebut,” ujarnya.
Dari total angka tersebut, tim Tuingle mengklaim bahwa akurasi kandungan nutrisi mencapai 70 hingga 80 persen. Budi menambahkan bahwa pihaknya masih bekerja sama dengan para pakar gizi untuk menaikkan akurasi dari makanan yang difoto pengguna. Terkait dengan pengguna, tim Tuingle menargetkan hingga 100.000 pengguna di akhir tahun 2016. Sedangkan saat ini jumlah pengguna baru berada di titik 10.000 pengguna dengan 70 persen pengguna aktif. Selain informasi kandungan nutrisi di dalam makanan, aplikasi Tuingle juga menyediakan artikel terkait gaya hidup sehat yang seimbang.
Sumber: Tech in Asia